
Semenjak saya ikut ngaji di Kaliopak 5 tahun yang lalu, sulit rasanya saya melihat wajah Bu Nyai (Ibu Hj Suswati Sholeh) ini, tanpa adanya keteduhan serta senyum yang senantiasa mengembang. Suaranya yang lirih, tak sekalipun pernah menegur kami secara langsung jika kami menuai kesalahan dan kurang pas dalam melakukan tindakan.
Beliau benar-benar ibu juga guru bagi kami, teman-teman Kaliopak. Yang senantiasa menjaga keseimbangan saat kami mengalami kerumitan. Perhatiannya, kasih sayangnya, juga kesabarannya adalah teladan hidup yang rasanya sulit kami kejar.
Sebagai ibuk, beliau selalu ngemong. Tahu bagaimana menempatkan diri, dan memperlakukan orang lain yang ada disekitar.
Di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, beliau senantiasa mendermakan diri ngulang ngaji setiap sore menjelang. Kala pagi, beliau juga tak lelah ngajar PAUD di kampung dimana beliau tinggal. Tak hanya itu, beliau juga disibukkan dengan kerja-kerja organisasi ke-Nu-an dari mulai level ranting hingga Nasional. Jiwa aktivisme jelas nampak jika kita melihat laku hidup yang beliau kerjakan.
Demikian pula sebagai pendamping Pak Kiai, rasa-rasanya beliau adalah sosok ideal yang patut dijadikan sari tauladan.
Sore tadi, ketika kami sedang menyiapkan menu buka puasa, kabar duka itu tiba. Sontak kami tak percaya, juga bingung mau berkata apa. Beliau Bu Suswati dipanggil Tuhan saat selesai melontar Jumroh di kota Mekkah. Sungguh kabar duka yang benar-benar menggetarkan.
Seketika saya ingat obrolan terakhir dengan beliau, saat menyiapkan berkas keberangkatan di bulan Puasa. Beliau tiba-tiba cerita. “Enak ya Doel jika meninggal pas menunaikan ibadah Haji di Mekkah, pasti ganjarannya Surga”. Sembari tersenyum manis, rasanya memang demikianlah ternyata cita-cita yang beliau idam-idamkan.
Ya Allah buuu, kok cepetmen njih. Saya merasa benar-benar kehilangan sosok ibuk yang selalu tulus dan apa adanya ini.
Diiringi gema takbir dari penjuru dunia, saya bersaksi ibu adalah orang yang amat-amat baik. Insyaallah Husnul Khatimah njih Bu.
Semoga jariah ilmu, amal panjenengan bisa menjadi bekal untuk bisa selalu kami pegang.
Dan Pak Kiai Jadul sekeluarga, senantiasa diberi ketabahan juga kesabaran.
Lahal Al-fatihah.
Oleh: Doel Rahman, Santri Ndalem Kaliopak.